Kuliner Khas Nusantara Hasil Akulturasi Budaya
27 / 09 / 2021 Kategori: PariwisataSetiap kuliner Nusantara memiliki ciri khasnya masing-masing, bahkan ada yang sekaligus menjadi identitas bangsa Indonesia. Di sisi lain, ternyata ada beberapa kuliner Nusantara yang merupakan hasil akulturasi budaya.
Akulturasi budaya adalah perpaduan dua budaya atau lebih dan menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur aslinya. Adanya akulturasi budaya dalam kuliner Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan.
Mengingat, Indonesia merupakan daerah jajahan dari beberapa negara. Ditambah lagi adanya perdagangan bebas yang menyebabkan setiap bangsa luar saling mengenalkan dan menyebarkan makanan khasnya.
Kondisi tersebutlah yang menjadi asal-usul akulturasi budaya kuliner Nusantara dengan negara lain, seperti Tiongkok, India, hingga Belanda. Lantas, apa saja kuliner Nusantara hasil akulturasi budaya?
Bakso
Siapa yang tidak kenal dengan makanan berkuah segar satu ini. Menjadi salah satu makanan favorit hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia, ternyata bakso merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa.
Diciptakannya bakso bermula saat Meng Bo yang berinisiatif menumbuk daging, lalu membentuknya menjadi bulatan agar ibunya dapat memakan daging dengan mudah. Bakso sendiri berasal dari kata “bak” yang berarti daging, dan “so” adalah makanan. Namun, adanya akulturasi menyebabkan bakso mengalami penyesuaian, yakni terbuat dari daging sapi.
Bakpia
Berlibur ke Yogyakarta kurang lengkap tanpa makan atau beli bakpia sebagai oleh-oleh. Namun siapa sangka, ternyata bakpia merupakan kuliner Indonesia hasil akulturasi budaya Jawa dan Tiongkok.
Bakpia berasal dari dialek Hokkian, Tou Luk Pia, yang berarti kue atau roti berisi daging. Sejak pertama kali dibawa ke Yogyakarta, bakpia dibuat dengan isian daging dan minyak babi. Lantas dimodifikasi dan disesuaikan dengan lidah masyarakat Yogyakarta. Sehingga lahirlah bakpia menggunakan isian kacang hijau tanpa minyak babi, hingga seperti sekarang dengan berbagai macam varian isian.
Semur
Makanan satu ini merupakan hasil akulturasi budaya Indonesia dengan Belanda. Berasal dari bahasa Belanda, smoor, yang berarti makanan yang direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan. Biasanya semur berisi daging sapi yang dimasak hingga empuk. Satu yang membedakan semur Belanda dengan Indonesia adalah kombinasi rempah cengkeh, pala, dan kayu manis yang memberikan cita rasa unik dan lezat. Saat ini semur tidak hanya berisi daging, melainkan ada yang berisi tahu dan tempe.
Bakwan
Bakwan juga salah satu makanan khas Indonesia hasil akulturasi budaya Tionghoa. Konon, kata “bakwan” berasal dari salah satu sub bahasa Tiongkok, yaitu “bak” yang berarti daging, dan “wan” adalah bola.
Kalau di Tiongkok dikenal sebagai bola daging, di Indonesia bakwan mengalami penyesuaian. Karena daging harganya relatif mahal, sehingga digantikan dengan sayur. Oleh karena itu, lahirlah bakwan yang kita kenal sekarang ini, yakni campuran sayuran dan tepung yang digoreng. Bakwan sering juga disebut sebagai “bala-bala” oleh masyarakat Jawa Barat.
Perkedel
Sama halnya dengan semur, perkedel adalah makanan yang berasal dari Belanda. Berasal dari kata frikadel, yakni daging cincang yang dihaluskan dan digoreng. Setelah mengalami penyesuaian, perkedel khas Indonesia berbahan dasar kentang yang dihaluskan dan digoreng. Namun ada juga yang menambahkan daging cincang sebagai isian perkedel.
Sup kacang merah
Sup kacang merah dikenal sebagai salah satu makanan berkuah yang lezat dan menghangatkan. Siapa sangka, ternyata sup kacang merah merupakan akulturasi budaya Indonesia dengan Belanda.
Bernama asli bruine bonensoep, sup ini biasanya dibuat dengan bahan dasar kacang merah dan potongan daging. Hanya saja, yang membedakan sup kacang merah khas Indonesia memiliki rasa yang lebih kaya dan khas, karena menggunakan bawang putih, merica, dan pala.
Soto Betawi
Selanjutnya adalah kuliner hasil akulturasi budaya Indonesia dengan India, yakni soto Betawi. Dibalik kuahnya yang kental, ternyata soto Betawi termasuk salah satu kuliner nusantara yang mendapat pengaruh budaya India.
Dijelaskan laman Kumparan, ciri khas dari soto Betawi ada pada ghee, sejenis mentega asal India, yang dipakai untuk memasak berbagai hidangan di Asia Selatan. Namun, ghee yang dikenal di Indonesia adalah minyak samin, yang juga dapat membuat hidangan lebih gurih, lezat, dan aromatik.
Martabak telur
Menjadi salah satu camilan populer di Indonesia, ternyata martabak telur merupakan hasil akulturasi budaya India. Masuknya martabak telur di Indonesia dibawa oleh pemuda Jawa yang menikahi wanita India.
Berawal dari situlah pemuda Jawa mengenalkan martabak telur yang telah disesuaikan dengan lidah orang Jawa, dengan menambahkan sayuran dan daging cincang. Karena banyak yang suka, akhirnya martabak telur makin dikenalkan masyarakat luas hingga sekarang. (Sumber : Kemenparekraf)