Capaian Asuransi Pertanian

19 / 09 / 2021 Kategori:

Jakarta, BK – Penyediaan pangan nasional dengan swasembada menjadi sangat penting dan strategis dalam program prioritas nasional. Seiring dengan pertambahan penduduk, jumlah rumah tangga pertanian yang terus berkurang dan lahan pertanian produktif berkurang karena bersaing dengan industri/manufaktur, pariwisata, dan perumahan/real estate.

Dengan tantangan yang begitu berat untuk penyediaan pangan nasional, pemerintah terus melakukan upaya dan terobosan untuk mendorong peningkatan produktifitas dan produksi pertanian. Salah satunya adalah dengan menggiatkan asuransi di bidang pertanian. Asuransi pertanian ini terdiri dari Usaha Tanaman Padi (AUTP) dan Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS/K).

Rasio lahan pertanian dan ternak yang terlindungi asuransi pertanian terhadap total lahan pertanian dan ternak menjadi salah satu indikator kinerja keberhasilan secara umum. Selama 6 tahun terakhir (2015 – 2020) telah terealisasi Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) seluas 4.508.842 Ha dengan rincian sbb:

Tahun 2015 seluas 233.499 Ha

Tahun 2016 seluas 499.962 Ha

Tahun 2017 seluas 997.960 Ha

Tahun 2018 seluas 806.199 Ha

Tahun 2019 seluas 971.218 Ha dan

Tahun 2020 seluas 1.000.001 Ha

Sedangkan realisasi Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS/K) selama 5 tahun terakhir (2016 – 2020) sejumlah 460.694 ekor dengan rincian sbb:

Tahun 2016 sejumlah 20.000 ekor

Tahun 2017 sejumlah 91.831 ekor

Tahun 2018 sejjumlah 88.673 ekor

Tahun 2019 sejumlah 140.190 ekor, dan

Tahun 2020 sejumlah 120.000 ekor.

Dalam pelaksanaan di lapangan, program asuransi pertanian ini masih menghadapi kendala seperti:

  1. Kesulitan mengoperasikan aplikasi SIAP oleh petugas lapangan.
  2. Jaringan internet yang tidak merata di desa-desa.
  3. Penangan klaim yang terlambat.
  4. Sosialisasi yang belum mencapai target.
  5. Terbatasnya petugas Dinas Teknis dan PT. Jasindo.
  6. Pemahaman terhadap manfaat asuransi pertanian oleh petani masih kurang.
  7. Petani yang merasa lahannya aman dari risiko, enggan menjadi peserta asuransi dan kemauan petani untuk membayar premi swadaya 20% masih rendah.
  8. Petani yang sudah berulangkali menjadi peserta AUTP tapi tidak pernah klaim, enggan mengikuti kembali program AUTP.

(Tim)