Benarkah AS Gagal di New York dan Kabul?
12 / 09 / 2021 Kategori: Berita LainnyaJakarta BK – Musthafa Abd. Rahman wartawan Kompas dalam berita Kompas 12 Sep 2021 berjudul “AS Gagal di New York dan Kabul” menuliskan bahwa terjadinya serangan teroris 11 Sep 2001 adalah kekalahan besar dinas intelijen AS dalam pertarungan intelijen dengan jaringan teroris internasional.
Terkait isu Afghanistan Musthafa dalam tulisannya mengatakan bahwa intelijen AS lagi-lagi mengalami kegagalan besar. Kegagalan yang dimaksud Musthafa adalah 1. Mengacu pada pengabaian AS terhadap peringatan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden melalui rekaman video tahun 2003 yang mengatakan bahwa AS akan mengalami seperti Uni Soviet yang dipaksa mundur dari Afghanistan. 2. AS salah prediksi bahwa Taliban akan menguasai ibukota Kabul dalam waktu 90 hari namun yang terjadi Kabul dikuasai dalam hitungan jam.
Tulisan Musthafa ini dapat membelokkan opini masyarakat Indonesia terhadap intelijen AS yang dipersepsikan keliru, salah dan gagal. Benarkah AS gagal di New York dan Kabul?
Jika pendapat tersebut benar maka AS tentu dapat dipandang sebagai salah satu negara yang sering melakukan kesalahan dan kegagalan dalam bidang intelijen. Intelijen yang lemah akan membuat AS mengalami kemunduran yang sangat tajam dan bahkan mungkin merubah status negara itu menjadi bukan negara super power lagi. Namun nyatanya AS hingga saat ini masih menjadi negara terkuat di dunia.
Sebagaimana lazimnya bahwa merusak jauh lebih mudah dari membentuk/membangun. Sesuatu yang dibangun bertahun-tahun seperti gedung, jembatan atau reaktor nuklir sekalipun bisa dirusak hanya dalam hitungan detik. Demikian juga halnya teroris yang tujuannya untuk merusak bangunan pisik dan sosial, tentu jauh lebih mudah dilakukan. Pengawasan dan intelijen sehebat apapun akan sulit memprediksi tindakannya. Kesulitan tersebut tidak dapat dikatakan menjadi sebuah kegagalan.
Jika keadaan dibalik dimana AS yang bertujuan merusak dan teroris yang bertugas melindungi, menurut Anda apa yang akan terjadi. Tentu dunia bisa hancur berkeping-keping dalam hitungan jam atau detik.
Dalam dunia politik semua pihak cenderung menyatakan bahwa pihaknyalah yang menang. Seburuk apapun keadaan di Afghanistan saat ini maka Taliban akan tetap mengklaim kemenangan. Dalam konflik Israel dengan Palistina dan Hamas sehancur apapun keadaannya maka Palistina terutama Hamas tetap merayakan kemenangan.
Terkait penarikan pasukan AS dari Afghanistan tentu Pemerintah AS mempunyai pertimbangan tersendiri yang tidak perlu diumbar ke publik dunia. Untuk memberitakannya seorang wartawan haruslah tetap berada dalam koridor Kode Etik dan UU Pers sehingga tidak terkesan membelokkan opini dengan berpihak ataupun menghakimi salah satu pihak. (HB)