Pantau Stok Jagung, Pemerintah Pastikan Aman

28 / 09 / 2021 Kategori:

arga jagung di pengepul juga mengalami penurunan menjadi Rp 5.250/kg dari sebelumnya Rp 5.750/kg.  

Kondisi yang sama juga ditemukan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Rata-rata stok di tingkat pengepul bervariasi antara 15-50 ton dan stok di agen besar mencapai 200-400 ton dengan jumlah pasokan 10-30 ton/hari dan harga rata-tata Rp 5.000-5.400/kg. 

Kementerian Pertanian meyakinkan masyarakat terutama pelaku usaha ternak seluruh Indonesia khususnya peternak unggas di Jawa bahwa stok jagung sampai bulan Desember aman.  

Berdasarkan data monitoring stok yang dilakukan BKP Kementan, pada minggu IV September ini stok jagung di Jawa Timur sebanyak 766.087 ton, Jawa Tengah 412.250 ton dan Jawa Barat 201.717 ton, dengan sebaran stok yang ada di GPMT 28,01%, 27,47% dan 45,15% pada provinsi tersebut. 

Risfaheri menambahkan, sesuai kebijakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk membantu stabilitas pasokan dan harga jagung bagi peternak ayam,  Kementan juga terus berupaya membantu, baik itu melalui subsidi biaya transportasi pengiriman jagung dari wilayah produksi ke peternak mandiri agar harga jagung diterima peternak tidak terlalu mahal, maupun melalui subsidi harga. 

Sebelumnya, Kementan telah memberikan bantuan biaya pengangkutan jagung dari daerah produksi ke peternak di Blitar dan Kendal mencapai 1.400 ton agar jagung yang diterima peternak tetap lebih murah. 

Saat ini Kementan juga memberikan bantuan subsidi harga jagung untuk 1.000 ton, sehingga harga jagung diterima peternak di Blitar, Kendal, dan Lampung Rp 4.500/kg sesuai harga acuan pemerintah. Harga tersebut jauh lebih rendah dari harga jagung saat ini. 

“Kami meyakini bahwa ketersediaan jagung cukup untuk memenuhi kebutuhan peternak kita. Selama ini kan tidak ada berita bahwa bahwa ternak ayam layer/ayam potong yang mati kelaparan karena kekurangan jagung atau pakan, yang ada peternak terutama peternak mandiri mengeluh bahwa harga jagung atau pakan semakin mahal sehingga memberatkan usaha mereka,” tutur Risfaheri. 

Pada umumnya peternak mandiri tidak memiliki stok jagung yang cukup, karena keterbatasan modal dan fasilitas gudang, sehingga pada saat panen jagung berlimpah dimana harga jagung lebih murah, mereka tidak dapat memanfaatkan situasi tersebut dengan membeli jagung dalam jumlah besar sebagai stok untuk memenuhi kebutuhan jagung pakannya. 

Berbeda hal dengan pabrik pakan yang memiliki sarana pengeringan dan penyimpanan berkapasitas besar, serta modal yang kuat. Pada pertengahan tahun sampai akhir tahun, panen jagung tidak sebesar periode semester pertama, dan harga jagung pada semester kedua lebih tinggi dibandingkan pada semester pertama, kondisi inilah yang selalu dihadapi peternak mandiri. Selain itu, peternak mandiri mendapatkan jagung tidak langsung dari petani jagung, tetapi dari pengepul atau pengecer, yang tentunya harganya jauh lebih tinggi dibandingkan membeli langsung dari petani jagung. (Sumber : Kementan)